Babe Haikal Engga Radikal

Jadi ceritanya, sore tadi DKM BT KP DJBC mengundang Ust. Haikal Hassan untuk mengajak para jamaah meneladani tentang keteladanan Rasulullah SAW (mau bilang maulid, nanti ada yang gak setuju, jadi intinya sih ngaji bareng). Riwayatnya sih, beliau memang pernah rutin mengisi kajian di MBT. Cuma seiring musim pilpres di mana beliau secara terang-terangan tidak mendukung petahana, maka demi kenyamanan organisasi, DKM sementara ngga undang beliau dulu. Karena pilpres sudah usai dan kedua pihak (01 & 02) uda h rekonsiliasi, ya sudah, aman lah ya mau undang beliau. 


Meski sebagian jamaah sempat bertanya-tanya (bahkan Babe pun nanya "gapapa nih ngisi di sini? Ntar dicekal lagi"), pada akhirnya kajian pun terlaksana, nggak ada materi radikal, dan alhamdulillah nggak ada pihak yang mencekal.

Babe Haikal membuka kajian dengan sedikit basa basi nostalgia, mengenang materi terakhir yang dibahas di MBT, kemudian memutuskan untuk lanjut membahas piagam Madinah

"Kalau kita pahami piagam Madinah, niscaya ngga ada faham radikal ngebom sana ngebom sini, bilang pemerintah thogut", begitu ujar beliau. Piagam Madinah menyatukan umat Islam, Nasrani dan Yahudi dalam kesepakatan damai, keadilan dan ketentraman (dalam urusan muamalah tentunya ya, ibadah mah tetap sendiri-sendiri).

Sedikit banyak hal tersebut diadopsi dalam pembentukan negara kita melalui Pancasila dan UUD '45, jadi kita pun jangan sampai mengabaikan toleransi dalam kehidupan sehari-hari.

Hal itu menunjukkan bahwa Rasulullah SAW bukan hanya menjadi pemimpin umat dalam hal agama, namun juga pemimpin negara. Namun demikian, jangan sampai karena Rasulullah adalah pemimpin negara (daulah Islam saat itu), lantas ada yang membandingkan Rasulullah dengan tokoh pemimpin negara yang lain

Tentu salah kaprah ketika membandingkan hal yang tidak sebanding. Rasulullah SAW yang Allah jaga dari dosa, dengan manusia biasa yang tentu punya salah dan dosa, tentu tidak tepat. Sehebat apapun tokoh manusia masa kini maupun masa lalu, tak ada bandingnya dengan beliau. Kata Babeh, "kalo yang begitu (ngebandingin Rasulullah ama manusia biasa yang tak dijamin terbebas dari berbuat dosa) mah cacat pikir".

Jangankan dengan manusia biasa, dengan Nabi yang lain aja, derajat beliau lebih tinggi. Nabi Musa saja, yang berjuluk Kalamallah, ngga bisa melihat Allah secara langsung, tapi Rasulullah bisa. Malaikat Jibril aja pas mengantar Rasulullah, gak bisa menghadap langsung kepada Allah.
Nabi Sulaiman bisa bercakap dengan hewan, Rasulullah dapat bercakap dan mendengar makhluk-makhluk Allah yang lain, termasuk pohon dan batu.

Akhlak Rasulullah, begitu bagusnya bahkan dalam satu perjalanan perang, ketika ada seekor anjing betina yang berada di jalur pasukan umat Islam, memerintahkan pasukannya untuk membentuk pagar betis mengelilinginya agar tak terganggu oleh jalannya pasukan.

Begitu bagusnya akhlak Rasulullah, maka kita pun selayaknya meneladani beliau dalam setiap perbuatan. Jangan sampai hanya memperbagus ibadah ritual tapi akhlak pada sesamanya tak indah.

Sebagaimana ajakan Babeh Haikal di awal acara, pasca hingar bingar politik yang membuat "kita sama-sama ketipu", mending fokus pada permasalahan umat yang ada di sekitar kita. Menyantuni sesama yang membutuhkan, lebih nyata dampak dan manfaatnya daripada menggantungkan harapan pada tokoh politik yang tak kita pahami motivasinya.

Lagian, kata Babeh, siapapun yang jadi presiden, beliau menegaskan bakal tetap jadi oposisi (dalam artian bakal terus mengkritik jika pemerintah ngga menjaga amanah) dan tak akan menerima jabatan (meski dalam pengakuan beliau, ada tawaran untuk itu seandainya Pak Prabowo menang), demi menjaga marwah ulama. Karena seburuk-buruknya ulama ialah yang mendekati penguasa. "Kalo yang ono menang, gue sih ogah jadi menteri, meski udah ditawarin posisi, tanggung jawabnya gede", ungkap Babeh.

Bicara soal kuasa, Babeh sedikit menyinggung perkara penunjukan pemimpin umat selepas Rasulullah tiada.

Abu Bakar R.A dan Umar R.A berebut nolak menjadi khalifah selepas Rasulullah. Umar yang ditunjuk oleh para sahabat lantaran Rasulullah pernah berkata bahwa apabila selepas beliau masih ada Nabi, maka Umar lah yang menjadi Nabi selepas beliau (tentu kita tahu bahwa tak ada Nabi lagi yang diutus selepas Rasulullah). Umar juga merupakan sahabat yang saking kuatnya keimanan beliau, setan pun menjauh dari beliau. Namun Umar tak mau, dan mengajukan Abu Bakar (yang mengislamkan suami dari Fatimah binti Khattab, adiknya Umar, yang menjadi pintu masuknya hidayah pada Umar). Umar R.A berdalih bahwa iman itu dari bersihnya hati, dan bersihnya hati berawal dari lurusnya lisan. Dan Abu Bakar adalah orang yang lisannya paling lurus, tak pernah bohong, bahkan sejak jaman sebelum Rasulullah diangkat menjadi nabi. Karena tak dapat mrmbantah, maka Abu Bakar R.A pun hanya dapat menerima amanah sembari beristighfar banyak-banyak karena takut akan beratnya pertanggungjawabannya kelak.

Tentu beda dengan jaman sekarang di mana banyak orang berebut menjadi pemimpin.

Sebagai penutup, Babeh mengenang sebait pantun ternama.
Pulau pandan jauh di tengah, di balik pulau angsa dua.
Hancur badan dikandung tanah, budi baik dikenang jua

Pasca acara, babeh dikerubuti jamaah. Credit foto to Pak Nanang

Semoga kita termasuk orang-orang yang meneladani Rasulullah sebagai panutan dalam berperilaku, agar kelak selepas kita meninggal, orang masih mengenang kebaikan budi kita.
Wallahu a'lam bish showab

Komentar

Posting Komentar

Silahkan memberi kritik, saran, usulan atau respon lain agar blog saya yang masih amatir ini bisa dikembangkan dan menjadi lebih bermanfaat lagi :)

Nuwus . . .