Mengapa Kita Harus Membaca Al-Qur'an?
Kajian siang ini dibawakan oleh Ustadz Ibnu Said Alboney, Lc, Alhafidz. Temanya sebagaimana di judul ya. Monggo disimak
Kita diwajibkan membaca Al Qur'an, paling cepat khatam dalam 3 hari, setidaknya khatam dalam sebulan. Mengapa begitu? Apa untungnya sih kita baca Al Qur'an?
Wajar kalau kita bertanya, kan manusia memang selalu mencari manfaat dari apa yang dilakukannya. Jadi niat kita emang bisa macem-macem.
Imam An Nawawi ketika menjelaskan hadits tentang "segala sesuatu itu ada niatnya" dan "setiap perbuatan akan dibalas sesuai niatnya", berkata bahwa niat manusia (utamanya saat beribadah) ada 3:
1. Melakukan sesuatu karena takut (ibadah level budak).
Misal, ibadah karena takut neraka, bagai seorang budak yang takut dimarahi majikannya ketika tidak melakukan perintah itu.
2. Melakukan sesuatu berdasar untung ruginya (ibadah level pedagang).
Dalam beberapa ayat, Allah mengibaratkan ibadah seperti transaksi di mana Allah membeli waktu, harta dan pengorbanan hambanya, dengan surga. Allah yang membeli, karena Allah yang Maha Kaya dan bukan Allah yang membutuhkan kita, kita yang berniaga dengan Allah demi mendapat surga
3. Berbuat karena pengabdian (ibadah orang yang merdeka).
Orang seperti ini beribadah demi ridho Allah saja, agar kelak bertemu dengan Allah. Masalah nanti ada manfaat lain di dunia, bagi mereka itu bonus saja. Misalnya ibu yang membesarkan anaknya, tidak mengharap balasan dari anak; para Nabi dan Rasul yang berkorban demi umatnya.
Maka, motif apakah yang kita miliki saat beribadah, terutama membaca Al Qur'an?
Ada banyak alasan seorang hamba dalam membaca Al-Qur'an.
Ada yang membaca Al-Qur'an karena takut mati hatinya. Bukankah dalam salah satu haditsnya, Rasulullah mengibaratkan orang yang tidak membaca Al-Qur'an bagaikan rumah yang tak berpenghuni? Maka hidupnya hampa tanpa tuntunan Illahi, dan hanya dipenuhi nafsu duniawi.
Ada juga yang membaca Al-Qur'an karena takut dengan gangguan jin (karena juga disebutkan dalam salah satu hadits bahwa jika di dalam rumah dibacakan Al Baqarah, setan akan lari). Tentu dengan dibarengi meniadakan gambar/patung makhluk hidup dan menjaga kebersihan, serta sunnah-sunnah lain.
Ada pula yang membaca Al-Qur'an demi kemudahan dunia. Boleh, sebagaimana dalam salah satu hadits qudsi yang menyebutkan bahwa Allah akan memberikan pada hamba yang menyibukkan diri dengan Al-Qur'an dan dzikir, pemberian yang lebih baik daripada pemberian pada hamba yang meminta. Padahal meminta dan berdoa pada Allah itu dibolehkan, bahkan wajib meminta hanya pada-Nya, namun derajat orang yang lebih banyak membaca Al-Qur'an dan berdzikir, lebih baik daripada yang banyak meminta (namun kurang dalam membaca Al-Qur'an dan berdzikir). Maka jangan takut rugi ketika menghabiskan waktu dengan membaca Al-Qur'an dan berdzikir, karena itu adalah investasi.
Alasan lain adalah demi mendapatkan syafa'at, sebagaimana Rasulullah bersabda bahwa Al-Qur'an akan datang di hari kiamat sebagai pemberi syafa'at bagi sahabatnya. Maka bagaimanakah perlakuan kita pada sahabat? Selalu bersama di saat suka dan duka, bukan? Maka sudahkah kita bersahabat dengan Al-Qur'an?
Bisa juga demi mendapatkan ketenangan hati, sebagaimana disebutkan dal QS Ar-Ro'd ayat 28.
Sang Ustadz dan jamaah yang begitu tenang menyimak kajian tentang bagaimana membaca Al-Qur'an dapat membawa ketenangan hati
|
Atau agar menjadi sebaik-baik manusia, dengan mempelajari dan mengajarkannya.
Di antara alasan-alasan tersebut, manakah yang disebut ikhlas?
Semuanya insyaAllah disebut ikhlas, namun yang terbaik adalah yang hanya mengharap ridho Allah, terlepas dari ancaman neraka apabila tidak melakukan ibadah tersebut, ataupun janji akan manfaat dari ibadah tersebut.
Karena hakikatnya, jika Allah ridho pada perbuatan kita, maka segala urusan kita akan baik. Otomatis akan Allah mudahkan urusan dunia, serta kebaikan di akhirat dan dijauhkan dari api neraka.
Nah, terkait ibadah ini, ada 3 tingkatan hamba Allah dalam beribadah.
Tingkatan pertama adalah Abid: hamba Allah, yang beribadah dengan kuantitas luar biasa, mereka membaca Al-Qur'an sebanyak-banyaknya.
Yang kedua level 'Alim: yang beribadah dengan didasari pengetahuan, memahami ibadah mana yang bernilai tinggi, tak hanya fokus pada kuantitas namun juga kualitas ibadah. Mereka khatam Al-Qur'an, membaca surat tertentu di waktu yang dikhususkan (misal Al Kahfi di hari Jumat), dan membaca dengan tadabur
Level puncak adalah Al Kays: hamba yang cerdas, ibadah dengan orientasi tak hanya hari ini namun juga di masa depan (dan hari akhir). Mereka tak hanya mengejar kuantitas dan kualitas bacaan Al-Qur'an, namun juga mengajarkan membaca Al-Qur'an, mendonasikan pada lembaga Al-Qur'an, dan menghafalkan Al-Qur'an juga. Dengan ini, selepas ia meninggal pun, pahala masih terus mengalir dari siapa saja yang diajari membaca Al-Qur'an olehnya atau yang disumbang Al-Qur'an olehnya.
Maka semoga kita termasuk hamba yang beribadah untuk mengabdi pada Allah, dan menjalankan ibadah kita sampai pada level Al Kays.
hi
BalasHapusnice article thank fore sheering