Belajar Jadi Dosen
Kalau beberapa tahun lalu penulis belajar jadi pengajar melalui bimbel, kali ini penulis berkesempatan belajar mengajar mahasiswa beneran.
Jadi ceritanya, beberapa bulan lalu Politeknik Keuangan Negara STAN yang notabene adalah almamater penulis membuka lowongan menjadi dosen tidak tetap untuk mengajar pada mata kuliah Pengawasan Laut Kepabeanan dan Cukai. Long story short, penulis ikutan daftar dan diterima. Maka selama 7x pertemuan, lalu UTS, lanjut 7x pertemuan lagi, penulis mengampu 2 kelas mahasiswa PKN STAN Prodi Kepabeanan dan Cukai semester VI sebagai dosen tidak tetap.
Tentu beda sensasi ngajar bimbel dan kampus. Apalagi di tengah pandemi yang mengharuskan kegiatan pembelajaran dilakukan secara jarak jauh (PJJ) dengan berbagai fasilitas daring. Seseru apa sih jadi dosen (tidak tetap) di PKN STAN?
Yuk disimak:
1. Merintis
Bersama 5 pejabat/pegawai lain, penulis menjadi tim pengajar makul tersebut. Mulai dari menyiapkan Rencana Pengajaran Semester, materi untuk 14 pertemuan hingga soal ujian, dimulai dari nol. Mengingat mata kuliah ini belum ada sebelumnya, jadi penulis bersyukur bisa ikut merintis dari awal. Meski tak sempurna, penulis rasa ke depan (jika ada kesempatan mengajar lagi untuk makul yang sama) bakal bisa diperbaiki lagi
2. New team, new experience
Meski dari 5 orang tadi tak benar-benar baru (semua sudah kenal/pernah ketemu sih), namun baru kali ini bekerja intens pekan demi pekan bersama. Kecuali dosen koordinator yang merupakan atasan langsung penulis dan seorang senior dalam satu seksi, yang lain belum pernah kerja bareng. Penulis sebagai junior bontot harus siap menerima berbagai masukan dari ilmu dan pengalaman mereka, sekaligus berperan sebagai tim sapu bersih.
3. Penyajian "Menu"
Patroli laut bukan hal umumnya yang dianggap menarik, apalagi oleh mahasiswa. Yang pegawai aja, belum tentu sudah punya pengalaman melaut. Maka tentu menjadi tantangan bagi kami untuk menyampaikan materi ini agar adik-adik prodip bisa memiliki gambaran global dan faktual tanpa misleading, mendalam dan menarik. Nanti evaluasi dari mahasiswa akan menjadi pembuktian kami, sudahkah kami mampu menyajikan materi tersebut secara asik dan menarik?
4. Pandemi mengubah dunia
Termasuk dunia pendidikan di PKN STAN. Perkuliahan Jarak Jauh (PJJ) dengan pemanfaatan teknologi komunikasi menjadi kunci. Berbagai aplikasi untuk memfasilitasi kelas secara daring bermunculan. Namun tentu bukan tanpa kendala. Karena satu dan lain hal, penulis fokus menggunakan sarana yang semua mahasiswa punya: Whatssapp. Bagikan materi dalam grup yang telah silent, lalu tambahkan audio, dilanjut tanya jawab. By chat. Karena tak semua mahasiswa memiliki akses internet yang memadai. Bisa jadi domisilinya memang susah sinyal, bisa pula karena keterbatasan kuota. Maklum, namanya juga mahasiswa (2 kelas yang penulis ajar, semuanya kelas reguler, bukan kelas pegawai yang mendapat kesempatan Tugas Belajar). Intinya sih penulis tak ingin menjadi dosen yang menyulitkan mahasiswa.
5. Kabar burung bikin bingung
Menjelang UTS pertama, muncul kabar burung yang menyatakan bahwa akan ada moratorium penerimaan CPNS Kemenkeu, termasuk dari PKN STAN. Kabarnya, mahasiswa generasi ini akan dijadikan ASN di berbagai kementerian/lembaga lain. Mahasiswa yang awalnya sudah semangat, jadi galau dan emosi sesaat. Pihak kampus pun tak kunjung merilis pernyataan resmi. Ah, namanya roda nasib siapa yang tahu? Siapa tahu morarorium tak 100%? Atau siapa tahu nanti mereka lebih suskses di instansi lain?
6. Perpisahan
Tak pernah bertemu langsung, namun tetap saja bonding selama 14 pertemuan membuat penulis sedikit mellow saat pamit pada adik-adik mahasiswa. Terlebih nanti tak tahu pasti mereka bakal penempatan di mana. Tak tahu pula akankah ilmu yang kami sampaikan bakal bermanfaat di dhnia kerja mereka. Yang jelas, sebagai dosen, kami semua mendoakan kesuksesan bagi para mahasiswa.
Patroli Laut, Siaga, Berani, Setia!!!
Isi tulisannya menarik pak, luar biasa.
BalasHapusKalian luar biasa. Sukses utk semua
Hapus