Pandemi: Gak Cuma Work From Home, School from Home Juga

Pandemiiiiiii. Masih di sini membersamai kita semua, tak peduli dengan kaum antipati yang pengen hidup nornal kembali sembari mengabaikan protokol kesehatan yang sebenarnya pasti sudah diketahui.

Selain work from home yang terkadang menerobos batas-batas waktu pribadi, kondisi ini membikin galau ketika memikirkan bagaimana anak sekolah nanti. Mau sekolah tatap muka, vaksin anak-anak kan belum tersedia. Apalagi, anak-anak kan paling susah dicegah untuk menyentuh berbagai permukaan, pun menjaga jarak dengan teman seumuran (ssst, orang dewasa tua aja kadang susah jaga protokol). 

Di tengah kegalauan, alhamdulillah penulis punya istri yang cekatan di media sosial, dan menemukan sebuah solusi brilian. Flashback sejenak, kami sempat berkeliling mencari TK untuk putri kami. 5 Desember 2020, kami berpetualang, menuju sekolah impian. Berbekal informasi dari seorang kawan, tibalah kami di sekolah itu. Aira langsung jatuh cinta dan nggak mau pulang. Diajak pulang nuangis gak karuan.

TK rasa universiti, kalo kata dompet

Gimana gak betah. Sekolahnya berupa bangunan rumah di sebuah komplek yang tak bisa dibilang sederhana. Ruang kelasnya luas, mainan dan buku anak banyak pula. Menerapkan kurikulum Islami dikombinasikan metode montessori, ini adalah kombinasi idaman istri. Halaman belakangnya yang luas dijadikan taman bermain, lengkap dengan kolam renang improvisasi dan kandang hewan, membuat setiap anak yang ke sini pasti langsung terkesan.

Tunggu dulu, harganya setara dengan biaya daftar kuliah di kampus negeri jaman orang tuanya lulus SMA. Bahkan lebih mahal dari biaya kontrakan kami setahun. Oke, kami mencoba realistis dulu. Hari itu Aira belajar bahwa tak setiap keinginan kita harus terpenuhi.

Galau lagi, gimana nyari sekolah yang cocok untuk si buah hati. Tanya sana sini, masih belum sreg dengan situasi pandemi, berat rasanya melepas si buah hati. 

Sebenarnya istri sudah mendaftarkan Aira ke sebuah sekolah daring. Namanya Program Pendampingan Pendidikan Anak Usia Dini by Teacher Nena. Inisiatornya, Teacher Nena, punya pengalaman mengajar di sekolah internasional. Meski pengajar, ternyata beliau juga mengalami kegalauan yang sama; gak rela melepas anak ke sekolah saat pandemi.  Akhirnya Teacher Nena membuat sendiri lesson plan dan worksheet untuk anaknya. Merasa mubadzir kalau dipakai sendiri, maka Teacher menghubungi seorang influencer instagram untuk meraih audience yang lebih luas agar materi bikinannya bisa dipakai banyak orang tua, which is banyak yang sama galaunya. Nah, dari influencer itulah istri mendapat info ini, hingga akhirnya mendaftar. Materi tadi dibagikan gratis loh oleh beliau, jadi yang mau materinya digabungin dalam grup WA. 

Awalnya Aira belum bisa mendaftar karena usianya kurang. Nah  karena banyak ortu yang usia anaknya kurang, tapi pengen ikut juga, akhirnya Tc membuat kelas khusus yang berbayar, untuk para ortu dengan anak yang usianya belum cukup ini. 
"Lho kok berbayar? Katanya tadi gratis?" Mungkin gitu pikir sebagian pembaca.
Yaiyalah, kan pada akhirnya butuh tenaga tambahan. Itu juga terjangkau banget loh. Per bulan cuma ceban.
Akhirnya Aira didaftarkan ke kelompok ini.

Modelnya, para orang tua akan dikumpulkan dalam grup WA. Pengajar memberikan materi sepekan ke depan melalui grup (biasanya di hari Minggu), lalu orang tua menyiapkan dan melaksanakan pengajaran untuk anak secara mandiri. Kami mencetak sendiri worksheet untuk Aira, mencari alat dan bahan untuk prakarya, dan meluangkan waktu untuk mengajarinya (Senin, Rabu, dan Jumat). Kalau sudah begini, harus bagi tugas. Saya mengamankan si kecil yang mulai lincah, istri menemani Aira belajar. Soalnya kadang Aira ngga mau kalau nggasama bundanya. Kadang kalau terpaksa, saat si kecil harus ditidurkan oleh bunda, ya terpaksa sekolah sama ayah. Ini adalah salah satu dampak positif pandemi; meski WFH kadang merebut waktu after office, nyatanya seringkali urusan domestik menyerobot di jam kerja.

Nah, dalam kegiatan belajar di rumah ini, ortu mendokumentasikan sebagai bahan laporan di grup. Kelemahannya, waktu sekolah sebisa-bisanya kami, setelah kerjaan rumah beres atau pas saya senggang juga.

Ikut kelas ini hampir setahun, lama-lama lelah juga. Lelah juggling di antara kesibukan kerja, domestik, dan dua anak. Aira pun kurang disiplin waktu jadinya. Maka ketika ada pembaruan pada sekolah daring ini, di mana ada opsi kelas zoom untuk siswa peserta yang dijadwalkan secara rutin (jadi waktu belajarnya gak seenak-enaknya ortu di rumah, biar latihan disiplin waktu) kami pun galau lagi, antara ikut atau tidak. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan, kami mencoba trial kelas zoom

Aaand she was more than happy.

Hai, aku Humaira Kamila, murid PPPAUD by Tc Nena, kelas PG B

Belajar dengan suasana baru, bertemu teman baru, meski virtual. 

Finally, kami putuskan untuk mengikuti kelas yang ada zoom-nya ini. 

Pertimbangan pertama: belajar manajemen waktu. Biar dia lebih cekatan dalam hal bangun pagi, mandi, ganti baju dan sarapan.

Pertimbangan kedua: materi sekolah ini oke. Pas diajari sendiri oleh kami saja (yang waktu sekolahnya masih amburadul), terasa sekali perkembangan Aira dibanding sebelum ikut kelas ini. Nah, kalau ketemu guru dan teman-teman, meski virtual, maka harapannya ia akan lebih terstimulasi lagi. Dulu sebelum ikut sekolah ini, istri yang pusing mencari materi untuk belajar Aira. Boro-boro kurikulum dah. Adanya materi dari sini amat memudahkan kami dalam mengajari Aira. Memang sih, tidak fokus ke pendidikan Islam. Ya sudah, untuk ilmu agama kami kuatkan di luar kelas.

Pertimbangan ketiga: pengajarnya visioner, sehingga kelasnya akan terus berkembang seiring kondisi. Dulu awalnya cuma grup untuk berbagi lesson plan untuk anak yang usianya sesuai (4 tahun ke atas), tapi karena banyak peminat akhirnya ada kelas untuk yang usia belum mencukupi. Dulu belum ada kelas non-reguler (yang ada zoom-nya), seiring kondisi maka nambah ada kelas non-reguler.

Pertimbangan keempat: biayanya tidak memberatkan. Saat pertama ikut kelas (pas Aira masih belum genap 4 tahun), biayanya cuma 50 ribu per triwulan (Agustus-Desember 2020). Dapat lesson plan dan work sheet. Lalu saat ini (saat Aira ikut kelas reguler, tanpa zoom), biayanya 90 ribu per semester (Januari-Juni 2021). Nah untuk kelas non reguler (yang ada zoom-nya yang kami mau daftar), biayanya 235 ribu per semester (Juli-Desember 2021). 


Dengan berbagai pertimbangan tadi, bismillah, maka kami daftarkan Aira ke kelas non-reguler pada sekolah daring PPP AUD by Tc Nena.

Semoga tulisan ini bisa menjadi rujukan bagi para orangtua yang galau dengan pendidikan anak-anak di tengah kondisi pandemi ini. Semangat ya, Parents!!!

Komentar