Dua jenis cenderawasih ini dipilih karena melambangkan dua hal yang kontras. Ekor Mayer yang panjang dan lurus, dibandingkan ekor Wilson yang pendek dan melengkung.
Nah, selain hewan-hewan tadi, ada beberapa hewan lain yang menjadi
cameo dalam cerita ini, yaitu:
Tata: mambruk mahkota (Goura cristata), sejenis burung dara dengan susunan bulu indah di kepalanya.
Dingo: kanguru pohon dingiso (Dendrolagus mbaiso), mamalia berkantung yang tinggal di pohon. Ya, Anda tidak salah baca. Ada jenis kanguru yang tinggal di pohon.
Alvado: biawak papua (Varanus salvadorii), kadal dengan rasio ekor:badan terpanjang.
Taki: ekidna/landak semut (Tachyglossus aculeatus); sejenis mamalia bertelur yang berkerabat dengan platipus. Ya, sekali lagi Anda tidak salah baca. Ada jenis mamalia yang bertelur.
Probo: kakatua raja (Probosciger aterrimus), salah satu kakatua terbesar dengan paruh besar dan kuat.
Pesan
Penulis mencoba menjejalkan sebanyak mungkin pesan dalam cerita ini, tanpa terlalu banyak kata dan nilai-nilai yang ditulis eksplisit. Maklum saja, buku yang diterbitkan oleh Penerbit BIG ini memang dibuat agar orang tua dan anak bisa berdiskusi mengenai isinya. Selain itu, ada batasan 12
spread alias 24 halaman dalam buku ini, sehingga pesan yang disampaikan pun harus
multi-layer alias berlapis-lapis. Ada aspek psikologis, ada nilai kebajikan yang sesuai ajaran Islam (biar ada pahalanya lah dari nulis ini) sekaligus
local wisdom dari Papua, ada juga aspek ekologis dari para tokoh. Bahkan ada peran DJBC yang sedikit disinggung dalam cerita ini, meski implisit.
Apaan aja sih isinya?
Silahkan baca bagian berikut:
Sisi psikologis
Insecurities yang Aswa alami juga bisa menimpa siapa saja. Dibanding-bandingkan dengan orang lain adalah salah satu penyebab utama yang memunculkan perasaan tersebut.
Setiap orang itu istimewa, tidak persis sama dengan orang lain. Memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Maka tak perlu membanding-bandingkan dengan orang lain.
Selain itu, Aswa dan Pito mengubah stigma yang melekat pada julukan mereka. Aswa si burung paling berbahaya, nyatanya justru melindungi teman-temannya. Pito yang beracun, bukannya jadi teman yang toxic melainkan sangat supportive. Para cenderawasih yang indah pun tidak sombong dan meledek Aswa yang tak seindah mereka.
Pepatah Papua
Apuni inyamukut werek halok yugunat tosu, merupakan sebuah pepatah dari Lembah Baliem, Wamena, Papua, yang berarti "berbuatlah sesuatu yang terbaik terhadap sesama".
Ajaran Al-Qur'an dan Hadits
Kalau dalam ajaran Islam, ada ungkapan yang senada dengan pepatah tersebut. Bahkan, mungkin kita sudah amat familiar dengan hadits yang berbunyi خير الناس أنفعهم للناس (khoirunnas anfa'uhum
linnas). Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia
lain. Hadits shahih tentang sebaik-baik manusia ini diriwayatkan dari Jabir.
عن
جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا
خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس »
Dari
Jabir, ia berkata,”Rasulullah Saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap
ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan
sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.”
(HR. Thabrani dan Daruquthni).
Seperti dicontohkan si Aswa. Meski fisiknya tak seindah kawan-kawannya, namun ia berbuat yang terbaik bagi mereka.
Ekologi
Mengapa Aswa si kasuari yang menjadi tokoh utama? Mengapa bukan para cenderawasih yang indah?
Ini terkait dengan peran ekologis kasuari sebagai keystone species di hutan. Keystone species atau spesies kunci adalah julukan yang diberikan pada spesies yang memiliki pengaruh amat besar bagi lingkungan alaminya, meskipun populasi spesies tersebut (secara relatif) tidak melimpah. Dan apabila spesies tersebut menghilang, maka lingkungan alaminya akan sangat berubah, atau bahkan musnah. Lalu bagaimana kasuari menjadi penting?
Makanan pokok kasuari adalah buah, meskipun mereka terkadang juga memakan hewan-hewan kecil. Dengan ukurannya yang besar, kasuari bisa menelan buah-buahan dan mengeluarkan bijinya secara utuh. Biji yang bercampur fesesnya-sebagai pupuk alami-ini lalu tumbuh dan berkembang di dasar hutan. Dan tentu saja, dengan kaki besarnya, kasuari bisa menjelajahi area yang begitu luas, membantu persebaran tanaman-tanaman tersebut lebih jauh.
Kasuari memakan lebih dari dua ratus jenis tanaman. 70 jenis di antaranya memiliki buah dan biji yang terlalu besar untuk dikonsumsi dan disebarkan oleh hewan lain. 80 jenis lainnya memiliki buah dan biji yang lebih kecil, namun beracun, sehingga tak banyak yang bisa mengkonsumsi dan menyebarkannya. Nah, pencernaan istimewa kasuari memungkinkannya untuk menyebarkan biji dari 150 spesies tanaman, menjadikannya amat penting untuk kelangsungan hutan tropis tempatnya tinggal. Artikel menarik tentang hal ini dapat dibaca
di sini dan
di sini.
|
Buah ini disebut cassowary plum (Cerbera floribunda). Indah namun beracun. Dan kasuari adalah satu-satunya hewan yang mampu memakan buah ini tanpa keracunan, sekaligus menyebarkan bijinya ke seluruh penjuru hutan.
|
Kedua, penulis ingin menunjukkan bahwa apa yang kita perbuat lebih penting daripada penampilan kita.
Para cenderawasih, yang begitu indah dan dijuluki 'birds of paradise' pun sebenarnya membantu persebaran biji tanaman, namun efeknya tidak semasif kasuari. Lagipula, alasan dari julukan indah mereka sebenarnya lebih ke kesalahpahaman yang terjadi pada tahun 1500-an, di mana para pemburu lokal yang menjual awetan cenderawasih, hanya menyisakan bagian kepala dan bulu indahnya saja.
|
Awetan cenderawasih tanpa kaki
|
Bagian
inilah yang didapatkan oleh bangsa di Eropa yang menjadikan bulu
cenderawasih sebagai hiasan topi. Topi elegan sangat keren pada zaman
itu. Ada artikel menarik tentang hal tersebut
di tautan ini.
|
Contoh model topi dengan hiasan bulu cenderawasih
|
Karena
mereka mendapatkan awetan cenderawasih tanpa kaki, ditambah kurangnya
pengetahuan akan satwa dari negeri nun jauh di timur, membuat mereka
salah menduga. Dikiranya, cenderawasih memang tak berkaki, dan
melayang-layang di udara sepanjang hidupnya berkat bulu ajaibnya. Karena
itulah mereka disebut sebagai burung surga dengan nama genus Paradisaea. Cenderawasih kuning besar (yang paling populer saat itu) mendapat nama spesies apoda (tak berkaki).
|
Jadi menurut ahli hewan di Eropa pada masa itu, cenderawasih bentuknya seperti ini
|
Adapun kemunculan tokoh Pito, adalah untuk menyiratkan dua hal. Pertama, Pito sendiri tidak memiliki kelenjar racun. Ilmuwan menduga burung ini mendapatkan racun dari serangga yang ia makan. You are what you eat. Sebagaimana kita bisa jadi ikutan toxic kalau terus bergaul dengan orang-orang yang toxic. Dua, tak masalah apa julukanmu, yang penting ya itu tadi, lakukan sesuatu yang terbaik bagi sesama. Poisonous bird yang justru merupakan teman yang ngga toxic. Seperti Aswa, the most dangerous bird in the world yang justru menjadi the savior bagi teman-temannya.
Masih terkait julukan, khususnya pada Aswa yang mendapat predikat sebagai burung paling berbahaya di dunia hanya karena memiliki cakar tajam pada kakinya. Padahal, kasus kematian manusia akibat kasuari amat rendah (bukan tidak ada ya, tapi amat rendah). Yah, itulah manusia. Suka memberi julukan hanya berdasar satu aspek saja. Kenapa tidak menjuluki kasuari sebagai rainforest gardener karena pentingnya mereka bagi hutan tropis, coba?
Udahlah, apapun julukan orang lain padamu, atau bagaimanapun penampilan fisikmu, yang terpenting adalah melakukan yang terbaik untuk sesama. Ya, nggak? Toh Allah SWT juga tidak menilai kita dari rupa dan fisik, melainkan ketaqwaan kita, sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits yang mahsyur:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian, akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim)
Jadi lebih penting taqwa kita, serta amalan yang dilakukan, alih-alih penampilan fisik. Sebagaimana Allah SWT firmankan dalam Al-Qur'an surat Al Hujurat ayat 13:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّـهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya yang paling mulia dihadapan Allah di antara kalian adalah yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat[49]: 13)
Hubungannya sama Bea Cukai
Sebenarnya agak maksa sih ini, tapi masih nyambung beneran loh.
Salah satu misi DJBC adalah
menjaga perbatasan dan melindungi masyarakat Indonesia dari penyelundupan dan perdagangan ilegal. Dari sekian banyak hal yang menjadi atensi DJBC terkait dengan perdagangan ilegal adalah tentang flora dan fauna yang ada dalam daftar CITES (
Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), yaitu perjanjian internasional yang mengatur tentang perdagangan flora dan fauna yang terancam punah, agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Contoh peran DJBC dalam hal tersebut dapat dilihat pada berita
ini.
Penulis ingin mengangkat peranan DJBC (meski tidak eksplisit) karena memang instansi penulis ini tidak populer di kalangan anak-anak. Kalau orang dewasa, banyak yang sudah tahu apa itu Bea Cukai. Tapi anak-anak? Maka dengan buku ini, penulis mencoba mengangkat tentang hewan-hewan langka, misalnya cenderawasih (masuk dalam appendiks II CITES) dan kakatua raja (apendiks I CITES) yang perlu dilindungi agar tidak punah karena terus-terusan diperdagangkan. Dan instansi penulis, DJBC punya peran dalam hal itu.
Tentu tak hanya DJBC yang memiliki peranan dalam perlindungan flora dan
fauna liar yang terancam kepunahan, namun karena ini adalah instansi
penulis, ya ini yang penulis sambung-sambungin. Hehehe ... .
Pasca Penulisan
Tenang, Pembaca. Ini sudah bagian akhir dari artikel.
Penulis berharap, karya sederhana ini dapat memicu keingintahuan anak-anak akan berbagai misteri alam kita. Mengajarkan mereka untuk percaya diri dan melakukan yang terbaik untuk sesama. Mengajarkan bahwa keindahan alam ini, juga harus kita jaga bersama.
Terima kasih, untuk semua yang telah meluangkan waktu untuk mengikuti virtual launching 'Aswa Istimewa' dua pekan lalu. Terima kasih, untuk semua yang menyisihkan rizkinya untuk membeli buku ini. Terima kasih, untuk Bu Winda yang memberikan kepercayaan dan kesempatan, segenap tim Penerbit BIG yang berperan dalam lahirnya (atau menetasnya?) buku ini, serta Bung Sullivan yang mengilustrasikannya dengan amat indah.
Dan terima kasih untuk mama yang pertama kali membacakanku buku,
untuk ayah yang mengisi masa kecilku dan saudara-saudariku dengan berbagai cerita seru,
dan untuk istriku, Ditha, yang mempertemukanku dengen tim luar biasa dari Clavis Indonesia dan Penerbit BIG.
|
Finally. Hopefully, it will just be the beginning.
|
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberi kritik, saran, usulan atau respon lain agar blog saya yang masih amatir ini bisa dikembangkan dan menjadi lebih bermanfaat lagi :)
Nuwus . . .