Di Balik Buku: Aswa Istimewa

Artikel ini adalah kumpulan fun fact yang terkait dengan buku 'Aswa Istimewa' terbitan Penerbit BIG (imprint Clavis Indonesia) yang diilustrasikan oleh Vincentius Sullivan, ilustrator berbakat asal Bandung. Bagi rekan-rekan yang menghadiri virtual launching 'Aswa Istimewa' pada tanggal 15 Oktober lalu, sebagian fakta menarik sudah penulis ungkapkan di sana. Namun karena keterbatasan waktu, maka akan penulis paparkan lebih lengkap di sini. Anggap saja ini panduan bagi para pembaca, jika si kecil bertanya lebih banyak tentang Aswa dan teman-temannya. Selamat membaca.

Pra Penulisan

Sebagaimana penulis pernah kisahkan pada sebuah artikel, masa kecil penulis dipenuhi dengan berbagai ensiklopedia yang berisi berbagai pengetahuan menarik. Saat kelas enam SD, guru kelas membuatkan sudut majalah dinding yang menjadi awal mula kemunculan kegemaran menulis, yang hingga kini penulis tekuni. Saat SMP, penulis mengikuti ekskul jurnalistik dan membuat artikel sains untuk mengisi majalah dinding, dengan harapan agar berbagai pengetahuan menarik yang penulis baca, bisa diketahui juga oleh orang lain. Saat SMA hobi menulis terabaikan karena penulis terlalu aktif di kepengurusan MPK (ketua Rek, sibuk lah) dan ekskul teater (menangan lo kalau lomba). Baru aktif menulis lagi pada masa kuliah saat seorang teman SMA mengajak blogging.
 
Saat istri penulis mengandung dan melahirkan putri kami, istri ingin menjalankan bisnis daring. Produk yang kami pilih adalah buku anak. Dilatarbelakangi oleh masa kecil istri yang sebenarnya suka membaca namun kurang terfasilitasi (lucky me, tinggal di lingkungan sekolah yang ada perpustakaannya), sehingga ia ingin agar para orang tua menyadari pentingnya membacakan buku pada anak, dan banyak sekali buku yang bagus untuk anak. Dengan berbagai variasi buku berfitur untuk anak, buku tak hanya menjadi alat bantu menambah ilmu, namun juga sebagai sarana mengembangkan beragam kemampuan motorik dan sensorik anak.

Sampai pada suatu ketika, istri menyaksikan artikel tentang Klub Ayah Hebat yang diadakan oleh Clavis Indonesia dan Penerbit BIG. And the rest is history.

Nah, setelah mengikuti pelatihan menulis dan mendapat kesempatan mengajukan naskah, rupanya kebetulan naskah yang penulis ajukan, didasarkan pada cerita rakyat yang sama dengan yang diangkat oleh mentor penulis. Kami sama-sama menulis tutur ulang dari cerita rakyat 'Si Leungli'. Atas arahan ibu CEO, penulis pun membuat naskah baru. Dan lahirlah (atau, menetaslah?) Aswa.

Konten yang Ditulis

Latar

Penulis mengambil latar Papua pada cerita ini, karena Papua adalah salah satu sisi Indonesia yang amat indah namun minim exposure dalam karya sastra. Belum lagi bicara aspek keadilan pendidikan, kesejahteraan, kesehatan dan pembangunan. Belum lagi bicara diskriminasi sosial. Ah, tengok saja instagram Pak Guru Andi Rumbrar untuk menyaksikan betapa ketidakadilan itu terjadi, namun mereka tetap tabah menjalani hari. Buat yang merasa harimu berat, silahkan mampir ke akun ini.
 
Maka di sini penulis mencoba mengangkat tema Papua dalam karya ini. Yaaa, meski ini baru karya sastra anak, sih. Ibaratnya, di Indonesia tuh wilayah yang pertama kali menyaksikan matahari terbit adalah Papua. Maka, penulis berharap bahwa tanah Papua akan menjadi titik terbitnya karir kepenulisan yang lebih profesional bersama Penerbit BIG (Cieee ...), dan semoga ini membuat banyak orang makin perhatian sama saudara-saudara kita serta kekayaan alam yang harus dilestarikan di tanah Papua sana.
 
Lagipula, ketika menjadi pegawai BC, pertama kali penulis merasakan dinas luar adalah ke Papua, tepatnya Jayapura. Langsung jatuh hati.  
 
Penampakan keindahan Danau Sentani dari pesawat.

Tokoh

Setiap tokoh yang dipilih dalam cerita memiliki alasan tersendiri. Mengapa bukan cenderawasih yang menjadi tokoh utamanya? Yuk simak pembahasannya.
  • Aswa: Kasuari gelambir ganda (Casiarius casuarius), sejenis burung ratit (burung tidak bisa terbang) yang memiliki kaki besar dan kuku tajam layaknya belati; hal itulah yang membuatnya dijuluki sebagai world's most dangerous bird. Ssst, tapi dalam cerita ini, Aswa sama sekali tidak melakukan hal berbahaya bagi teman-temannya, kok. Aswa justru mengalami inferiority complex (bahasa awamnya, minder) karena tidak bisa terbang, bulunya berwarna kusam, berekor pendek dan berkaki besar; berbeda dengan teman-teman cenderawasihnya. 

  • Pito: hooded pitohui (Pitohui dichrous), sejenis burung yang berkerabat dengan burung kepodang, yang memiliki keunikan sebagai satu dari sedikit jenis burung yang memiliki racun. Bagi para ilmuwan, ini adalah hal yang tidak umum; apalagi burung ini tidak punya kelenjar racun, sehingga ilmuwan menduga bahwa ia mendapat racun dari serangga yang dimakannya. Pito adalah seorang kawan yang supportive, setia dan suka menolong.


Tiga cenderawasih ini penulis pilih karena mewakili 3 warna primer (merah, kuning dan biru).
  • Mayer: Cenderawasih ekor pita (Astrapia mayeri) yang memiliki rasio ekor:badan terpanjang di dunia aves.

  • Wilson: Cenderawasih botak (Cicinnurus respublica) atau Wilson's Bird of Paradise dalam bahasa Inggris.

       

Dua jenis cenderawasih ini dipilih karena melambangkan dua hal yang kontras. Ekor Mayer yang panjang dan lurus, dibandingkan ekor Wilson yang pendek dan melengkung.
  • Vogel: Cenderawasih berjubah bulan sabit (Lophorina niedda) atau Superb vogelkop Bird of Paradise dalam bahasa Inggris. Vogelkop artinya adalah 'kepala burung', dari bahasa Belanda, yang mengacu pada wilayah distribusi burung ini, yaitu si wilayah 'kepala burung' di pulau Papua.

Vogel dipilih karena keindahan tariannya (biar anak penasaran dan orang tua bisa menunjukkan video gerakan lincah burung ini). Selain itu, penggambarannya dalam buku menunjukkan kontras dengan Aswa (atas-bawah, besar-kecil).

Nah, selain hewan-hewan tadi, ada beberapa hewan lain yang menjadi cameo dalam cerita ini, yaitu:
  • Tata: mambruk mahkota (Goura cristata), sejenis burung dara dengan susunan bulu indah di kepalanya.

  • Dingo: kanguru pohon dingiso (Dendrolagus mbaiso), mamalia berkantung yang tinggal di pohon. Ya, Anda tidak salah baca. Ada jenis kanguru yang tinggal di pohon.

  • Alvado: biawak papua (Varanus salvadorii), kadal dengan rasio ekor:badan terpanjang.

  • Taki: ekidna/landak semut (Tachyglossus aculeatus); sejenis mamalia bertelur yang berkerabat dengan platipus. Ya, sekali lagi Anda tidak salah baca. Ada jenis mamalia yang bertelur.

  • Probo: kakatua raja (Probosciger aterrimus), salah satu kakatua terbesar dengan paruh besar dan kuat.

Pesan

Penulis mencoba menjejalkan sebanyak mungkin pesan dalam cerita ini, tanpa terlalu banyak kata dan nilai-nilai yang ditulis eksplisit. Maklum saja, buku yang diterbitkan oleh Penerbit BIG ini memang dibuat agar orang tua dan anak bisa berdiskusi mengenai isinya. Selain itu, ada batasan 12 spread alias 24 halaman dalam buku ini, sehingga pesan yang disampaikan pun harus multi-layer alias berlapis-lapis. Ada aspek psikologis, ada nilai kebajikan yang sesuai ajaran Islam (biar ada pahalanya lah dari nulis ini) sekaligus local wisdom dari Papua, ada juga aspek ekologis dari para tokoh. Bahkan ada peran DJBC yang sedikit disinggung dalam cerita ini, meski implisit. 
Apaan aja sih isinya? 
Silahkan baca bagian berikut:

Sisi psikologis

Insecurities yang Aswa alami juga bisa menimpa siapa saja. Dibanding-bandingkan dengan orang lain adalah salah satu penyebab utama yang memunculkan perasaan tersebut. 

Setiap orang itu istimewa, tidak persis sama dengan orang lain. Memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Maka tak perlu membanding-bandingkan dengan orang lain.

Selain itu, Aswa dan Pito mengubah stigma yang melekat pada julukan mereka. Aswa si burung paling berbahaya, nyatanya justru melindungi teman-temannya. Pito yang beracun, bukannya jadi teman yang toxic melainkan sangat supportive. Para cenderawasih yang indah pun tidak sombong dan meledek Aswa yang tak seindah mereka.

Pepatah Papua 

Apuni inyamukut werek halok yugunat tosu, merupakan sebuah pepatah dari Lembah Baliem, Wamena, Papua, yang berarti "berbuatlah sesuatu yang terbaik terhadap sesama".

Ajaran Al-Qur'an dan Hadits

Kalau dalam ajaran Islam, ada ungkapan yang senada dengan pepatah tersebut. Bahkan, mungkin kita sudah amat familiar dengan hadits yang berbunyi خير الناس أنفعهم للناس (khoirunnas anfa'uhum linnas). Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain. Hadits shahih tentang sebaik-baik manusia ini diriwayatkan dari Jabir.

عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس »

Dari Jabir, ia berkata,”Rasulullah Saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).

Seperti dicontohkan si Aswa. Meski fisiknya tak seindah kawan-kawannya, namun ia berbuat yang terbaik bagi mereka.

Ekologi

Mengapa Aswa si kasuari yang menjadi tokoh utama? Mengapa bukan para cenderawasih yang indah?
 
Ini terkait dengan peran ekologis kasuari sebagai keystone species di hutan. Keystone species atau spesies kunci adalah julukan yang diberikan pada spesies yang memiliki pengaruh amat besar bagi lingkungan alaminya, meskipun populasi spesies tersebut (secara relatif) tidak melimpah. Dan apabila spesies tersebut menghilang, maka lingkungan alaminya akan sangat berubah, atau bahkan musnah. Lalu bagaimana kasuari menjadi penting?

Makanan pokok kasuari adalah buah, meskipun mereka terkadang juga memakan hewan-hewan kecil. Dengan ukurannya yang besar, kasuari bisa menelan buah-buahan dan mengeluarkan bijinya secara utuh. Biji yang bercampur fesesnya-sebagai pupuk alami-ini lalu tumbuh dan berkembang di dasar hutan. Dan tentu saja, dengan kaki besarnya, kasuari bisa menjelajahi area yang begitu luas, membantu persebaran tanaman-tanaman tersebut lebih jauh.
 
Kasuari memakan lebih dari dua ratus jenis tanaman. 70 jenis di antaranya memiliki buah dan biji yang terlalu besar untuk dikonsumsi dan disebarkan oleh hewan lain. 80 jenis lainnya memiliki buah dan biji yang lebih kecil, namun beracun, sehingga tak banyak yang bisa mengkonsumsi dan menyebarkannya. Nah, pencernaan istimewa kasuari memungkinkannya untuk menyebarkan biji dari 150 spesies tanaman, menjadikannya amat penting untuk kelangsungan hutan tropis tempatnya tinggal. Artikel menarik tentang hal ini dapat dibaca di sini dan di sini.

Buah ini disebut cassowary plum (Cerbera floribunda). Indah namun beracun.
Dan kasuari adalah satu-satunya hewan yang mampu memakan buah ini tanpa keracunan,
sekaligus menyebarkan bijinya ke seluruh penjuru hutan.

Kedua, penulis ingin menunjukkan bahwa apa yang kita perbuat lebih penting daripada penampilan kita. 
 
Para cenderawasih, yang begitu indah dan dijuluki 'birds of paradise' pun sebenarnya membantu persebaran biji tanaman, namun efeknya tidak semasif kasuari. Lagipula, alasan dari julukan indah mereka sebenarnya lebih ke kesalahpahaman yang terjadi pada tahun 1500-an, di mana para pemburu lokal yang menjual awetan cenderawasih, hanya menyisakan bagian kepala dan bulu indahnya saja.
 
Awetan cenderawasih tanpa kaki

Bagian inilah yang didapatkan oleh bangsa di Eropa yang menjadikan bulu cenderawasih sebagai hiasan topi. Topi elegan sangat keren pada zaman itu. Ada artikel menarik tentang hal tersebut di tautan ini.
 
Contoh model topi dengan hiasan bulu cenderawasih
 
Karena mereka mendapatkan awetan cenderawasih tanpa kaki, ditambah kurangnya pengetahuan akan satwa dari negeri nun jauh di timur, membuat mereka salah menduga. Dikiranya, cenderawasih memang tak berkaki, dan melayang-layang di udara sepanjang hidupnya berkat bulu ajaibnya. Karena itulah mereka disebut sebagai burung surga dengan nama genus Paradisaea. Cenderawasih kuning besar (yang paling populer saat itu) mendapat nama spesies apoda (tak berkaki).
 
Jadi menurut ahli hewan di Eropa pada masa itu, cenderawasih bentuknya seperti ini

Adapun kemunculan tokoh Pito, adalah untuk menyiratkan dua hal. Pertama, Pito sendiri tidak memiliki kelenjar racun. Ilmuwan menduga burung ini mendapatkan racun dari serangga yang ia makan. You are what you eat. Sebagaimana kita bisa jadi ikutan toxic kalau terus bergaul dengan orang-orang yang toxic. Dua, tak masalah apa julukanmu, yang penting ya itu tadi, lakukan sesuatu yang terbaik bagi sesama. Poisonous bird yang justru merupakan teman yang ngga toxic. Seperti Aswa, the most dangerous bird in the world yang justru menjadi the savior bagi teman-temannya. 

Masih terkait julukan, khususnya pada Aswa yang mendapat predikat sebagai burung paling berbahaya di dunia hanya karena memiliki cakar tajam pada kakinya. Padahal, kasus kematian manusia akibat kasuari amat rendah (bukan tidak ada ya, tapi amat rendah). Yah, itulah manusia. Suka memberi julukan hanya berdasar satu aspek saja. Kenapa tidak menjuluki kasuari sebagai rainforest gardener karena pentingnya mereka bagi hutan tropis, coba?

Udahlah, apapun julukan orang lain padamu, atau bagaimanapun penampilan fisikmu, yang terpenting adalah melakukan yang terbaik untuk sesama. Ya, nggak? Toh Allah SWT juga tidak menilai kita dari rupa dan fisik, melainkan ketaqwaan kita, sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits yang mahsyur:
Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian, akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim)

Jadi lebih penting taqwa kita, serta amalan yang dilakukan, alih-alih penampilan fisik. Sebagaimana Allah SWT firmankan dalam Al-Qur'an surat Al Hujurat ayat 13:
 
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّـهِ أَتْقَاكُمْ
Sesungguhnya yang paling mulia dihadapan Allah di antara kalian adalah yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurat[49]: 13)

Hubungannya sama Bea Cukai

Sebenarnya agak maksa sih ini, tapi masih nyambung beneran loh. 
 
Salah satu misi DJBC adalah menjaga perbatasan dan melindungi masyarakat Indonesia dari penyelundupan dan perdagangan ilegal. Dari sekian banyak hal yang menjadi atensi DJBC terkait dengan perdagangan ilegal adalah tentang flora dan fauna yang ada dalam daftar CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), yaitu perjanjian internasional yang mengatur tentang perdagangan flora dan fauna yang terancam punah, agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Contoh peran DJBC dalam hal tersebut dapat dilihat pada berita ini.
 
Penulis ingin mengangkat peranan DJBC (meski tidak eksplisit) karena memang instansi penulis ini tidak populer di kalangan anak-anak. Kalau orang dewasa, banyak yang sudah tahu apa itu Bea Cukai. Tapi anak-anak? Maka dengan buku ini, penulis mencoba mengangkat tentang hewan-hewan langka, misalnya cenderawasih (masuk dalam appendiks II CITES) dan kakatua raja (apendiks I CITES) yang perlu dilindungi agar tidak punah karena terus-terusan diperdagangkan. Dan instansi penulis, DJBC punya peran dalam hal itu.

Tentu tak hanya DJBC yang memiliki peranan dalam perlindungan flora dan fauna liar yang terancam kepunahan, namun karena ini adalah instansi penulis, ya ini yang penulis sambung-sambungin. Hehehe ... .

Pasca Penulisan

Tenang, Pembaca. Ini sudah bagian akhir dari artikel.  
 
Penulis berharap, karya sederhana ini dapat memicu keingintahuan anak-anak akan berbagai misteri alam kita. Mengajarkan mereka untuk percaya diri dan melakukan yang terbaik untuk sesama. Mengajarkan bahwa keindahan alam ini, juga harus kita jaga bersama.

Terima kasih, untuk semua yang telah meluangkan waktu untuk mengikuti virtual launching 'Aswa Istimewa' dua pekan lalu. Terima kasih, untuk semua yang menyisihkan rizkinya untuk membeli buku ini. Terima kasih, untuk Bu Winda yang memberikan kepercayaan dan kesempatan, segenap tim Penerbit BIG yang berperan dalam lahirnya (atau menetasnya?) buku ini, serta Bung Sullivan yang mengilustrasikannya dengan amat indah.

Dan terima kasih untuk mama yang pertama kali membacakanku buku,
untuk ayah yang mengisi masa kecilku dan saudara-saudariku dengan berbagai cerita seru,
dan untuk istriku, Ditha, yang mempertemukanku dengen tim luar biasa dari Clavis Indonesia dan Penerbit BIG.

Finally. Hopefully, it will just be the beginning.


Komentar