What's Left from BTIS Daddy's Camp 2023

Setelah Daddy's Camp berakhir, tentu saja ada banyak cerita yang tersisa. Berikut penulis rangkum keseruan-keseruan di sana yang terabadikan dalam jepretan kamera.

Udara bersih, sungai mengalir, pepohonan lebat. Hal yang dirindukan oleh warga Jabodetabek banget sih ini. Ironisnya, dulu saat masih kecil, tinggal di desa yang suasananya seperti ini, malah penasaran sama kehidupan di kota besar. Pas di kota besar merindukan suasana pedesaan. Manusia oh manusia.

Even perkemahan tentu tak lengkap tanpa perlombaan. Ada menang, ada kalah. Ada yang berhasil, ada yang terjerembab. Ada yang cepat-cepat, ada yang cari aman. Seperti hidup, perjalanan setiap dari kita berbeda-beda. Tapi sebagai muslim, tentu kita semua punya 'garis finish' yang sama; pengen ke surga-Nya.

Badan air yang jernih akan menampakkan dasarnya. Entah kerikil, atau pasir. Air yang jernih juga menberi manfaat untuk beragam makhluk. Layaknya insan yang memiliki hati yang jernih, tentu akan menyenangkan bagi orang di sekitarnya.

Temaram menjelang malam. Jika tanpa pencahayaan, tentu kita akan berada dalam kegelapan. Untung di bumi perkemahan ini sudah disediakan lampu. Itu pun, bocah-bocah masih banyak yang tersandung tali tenda dan pasak. Kalau tidak ada lampu, tentu lebih banyak lagi yang terjatuh. Seperti hidup kalau tanpa cahaya iman, bakal sering jatuh dan terperosok ke dalam gelapnya dosa. Naudzubillahi min dzaalik. Semoga Allah senantiasa mengekalkan cahaya iman di hati kita.

Malam penampilan oleh para ayah. Ada yang bercerita, membacakan puisi, tausiyah, sulap, maupun unjuk kebolehan bela diri. Setiap tim mempersiapkan penampilan yang berbeda-beda. Setiap penonton pun punya keinginan yang berbeda-beda. Hmmm, memang kalau nurutin apa kata manusia mah, ngga ada habisnya.

Sayangnya "Rahasia Besar Aska" tak sempat dibacakan saat momen penampilan, karena para bocah sudah mengantuk dan tak berminat mendengar cerita. Padahal buku ketiga saya nih cocok banget sama even perkemahan. Yaudah,yang penasaran biar pesan di sini aja deh.  

Pagi harinya, ada lomba memasak. Bayangin, gimana kira-kira masakan para bapack? Tim kami membawa persiapan alat dan bahan yang ngga main-main. Dipandu Chef Roso ayah Qia, kami pun berhasil menyajikan Tahu telor asin dalam sarang dan sate bola tempe. Rasa dan penyajiannya ngga kalah sama masakan resto sih. Dalam lomba ini, kami belajar tentang pentingnya seorang leader dalam tim, untuk mengarahkan para anggota demi mencapai tujuan bersama. 

Pasca mengisi tenaga dengan masakan yang diolah bersama, petualangan berlanjut menuju ladang warga. Anak-anak belajar memanen singkong dan ubi. Diiringi keriuhian berbagai kumbang, belalang, serta beragam arthropoda penghuni ladang yang kabur saat kami memanen, kami menyadari bahwa pekerjaan petani merupakan profesi mulia dan insyaAllah banyak pahala. Tak hanya menyediakan makanan bagi manusia, namun daun, getah dan setiap bagian dari tanaman yang ditanam mereka, akan mengalirkan pahala setiap kali ada makhluk Allah yang menikmatinya.

Mengakhiri perjalanan di curug terasa begitu cocok. Kesegaran air sungai seolah mengisi kembali tenaga kami yang mulai lemas. Betapa Allah menjadikan air sebagai sebuah karunia yang luar biasa.

Alhamdulillah penulis selalu membawa Minyak Balur Kauniyah. Produk herbal yang terbuat dari 13 macam minyak herbal ini memiliki banyak khasiat, di antaranya mengurangi pegal-pegal, memar, gatal karena gigitan serangga, dan juga untuk menghangatkan tubuh. Bisa banget dipesan di sini nih.

Setelah rangkaian kegiatan usai, tinggal beberes deh. Tentu saja bawaan para ayah bejibun banyaknya. Wajar sih kalau beban ayah berat, sebagaimana kewajiban setiap ayah untuk menjaga diri dan keluarganya dari api neraka. Semoga kita, para ayah bisa menjalankan tugas ini sebaik mungkin ya ...

Sebelum pulang, foto dulu lah sama rekan sekelompok. Lucky number 7. Semoga kegiatan-kegiatan dari sekolah bisa menjadi ajang perekat ukhuwah para orang tua.

Perjalanan masih panjang, masih ada puluhan anak tangga yang harus didaki. Menanjak dan melelahkan. Jadi teringat dengan hadits yang maknanya Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.”(HR. Muslim). Semoga kita termasuk orang-orang yang rela menempuh beratnya jalan menuju surga serta tiba di sana, ya. 

Semoga. . . 

Komentar