Dua Dasawarsa Silam
Dua dasawarsa silam, di pekan ini. Ratusan remaja dari berbagai wilayah di Indonesia, dikumpulkan di ibukota provinsi masing-masing sejak pagi. Termasuk 45 anak dari beragam wilayah tingkat dua di Jawa Timur yang berkumpul di sebuah hotel di pinggir Surabaya sejak Minggu pagi. Di antaranya, seorang anak dari Kabupaten Malang, yang tak menyangka sama sekali ia akan tiba di titik ini. Olimpiade Sains Nasional 2004 di Pekanbaru menjadi tujuan kontingen ini.
Senin pagi 24 Agustus, mereka berangkat ke Bandara Juanda. Bersiap terbang, kebanyakan untuk pertama kalinya, dengan maskapai Batavia. Keberangkatan tepat waktu, pukul 09.00 WIB sebagaimana dijadwalkan seharusnya. Singgah di Batam, sebelum berlanjut ke kota berikutnya.
Namun perjalanan tak selamanya seperti rencana. Penerbangan ke Pekanbaru seharusnya tak terjeda lama, namun entah kenapa, ditunda hingga pukul enam senja. Kreativitas pendamping pun diuji, seluruh kontingen diajak berjalan-jalan keliling pulau nan indah ini. Jembatan Barelang menjadi saksi, anak-anak dari beragam wilayah di Jawa Timur bertualang sepanjang siang hari.
![]() |
Kontingen OSN Jawa Timur tingkat SMP mapel Biologi |
Menjelang senja, berlanjut kabar penundaan kedua. Perjalanan kembali tertunda, rencana lepas landas selisih 12 jam dari kota pertama. Lewat tengah malam, seluruh kontingen pun akhirnya tiba. Pernak-pernik kegiatan diserahkan oleh panitia. 2 tas punggung, 3 kaos, 2 topi, booklet dan buku catatan. Rehat sejenak di hotel untuk bersiap menyambut pembukaan keesokan paginya.
Seorang anak dari pinggir Kabupaten Malang, ditempatkan bersama seorang perwakilan Kalimantan Timur bernama Diandra, dan seorang perwakilan Kota Depok, Jamal namanya. Berkenalan sejenak, meski keakraban tertunda oleh penatnya perjalanan mereka.
Pagi menyambut, puluhan bis disiapkan untuk mengangkut ratusan siswa peserta lomba. OSN tingkat SD, mempertarungkan dua bidang, Matematika dan IPA. Tingkat SMP, ada Matematika, Biologi dan Fisika. Tingkat SMA, bertambah bidang IT dan Kimia. Masing-masing bidang mempertemukan 29 siswa terbaik dari seleksi OSN tingkat provinsi masing-masing, ditambah 61 siswa ranking terbaik nasional, sehingga genap 90 siswa per bidang lomba. Pembukaan berlangsung megah di gedung DPRD Riau, diiringi tarian daerah yang ditampilkan kolosal.
Keesokan harinya, perlombaan dimulai. beberapa set soal menanti para siswa dengan kemampuan di atas rata-rata untuk mengerjakannya dalam jangka waktu yang tersedia. Bagi si anak kabupaten, tak ada yang istimewa, beginilah tahapan seleksi di tingkat kabupaten dan provinsi sebelumnya.
Di hari kedua, barulah panitia memberikan kejutan untuk menyambut para peserta. Perlombaan hari kedua, pada mata perlombaan biologi, dilakukan dalam bentuk praktikum moving class dengan soal berbeda di setiap ruangan. Ruangan pertama, tersedia 20 meja, di mana setiap peserta akan mengamati preparat hewan di meja, mengerjakan soal sesuai nomor meja tersebut, dan berpindah meja setiap beberapa menit. Ruangan kedua, dengan model serupa, namun bertema tumbuhan. Ruangan ketiga, terdapat 10 sampel hewan, dan peserta diminta membuat kunci determinasi untuk sampel-sampel tersebut. Ruangan keempat, serupa ruangan ketiga, dengan sampel berupa tumbuhan.
Hari Jumat, seluruh peserta diajak berwisata ke museum dan istana di Provinsi Riau. Di hari Sabtu, pengumuman pemenang digelar, dengan sambutan oleh presiden kelima Indonesia. Untuk setiap mata pelajaran di tiap tingkatan, 15 medali perunggu, 10 medali perak dan 5 medali emas telah disediakan. Diawali pengumuman di tingkat SD, berlanjut ke tingkat SMP. Matematika, Fisika, lalu Biologi. Perunggu, Perak, hingga akhirnya medali emas. Nama Saifur Rijal dari Jawa Timur diumumkan, si anak kabupaten ikut bersorak, ikut bahagia rekan seprovinsinya mendapat medali emas. Kemudian, nama Jamal Syakir dari Jawa Barat disebutkan, si anak kabupaten ikut bersorak, ikut bahagia rekan sekamarnya mendapat medali emas. Hingga akhirnya, disebutkan nama Edwin Iskandar Dinazar. Si anak kabupaten tertegun. Hingga akhirnya 5 nama peraih medali emas kembali disebutkan, sebagaimana pengumuman untuk semua kategori sebelumnya, barulah ia yakin, medali emas sungguh ia dapatkan. Sebuah kejutan, karena ia sama sekali tak mengharapkan kemenangan. Ia hanya mengikuti perlombaan karena senang dengan ilmu yang ia dapat dari pelajaran.
![]() |
Sebagian kontingen Jawa Timur dengan medali mereka. Si anak kabupaten berdiri di pinggir mengenakan topi |
Beberapa bulan berselang, di tengah persiapan ujian praktek untuk kelulusan, sebuah pengumuman mengejutkan. 15 peraih medali emas OSN 2004-lima dari setiap mata pelajaran, dipanggil untuk seleksi International Junior Science Olympiad kedua di Jogjakarta tahun 2005. Mereka akan dikarantina bersama beberapa puluh siswa SMP yang mengikuti seleksi IJSO melalui jalur lainnya. Bersama, mereka tinggal di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Parung, Depok selama empat pekan. Pekan pertama, mereka akan belajar matematika. Pekan kedua fisika, lalu kimia, lalu biologi. Setiap akhir pekan, akan diadakan ujian. Dan di akhir periode, akan dipilih 12 peserta terbaik. Dari trio medali emas Jawa Timur, Saifur Rijal lolos. Dua lainnya tidak. Ke sekolah mereka kembali, menyusul ujian praktek yang telah dimulai sejak pekan sebelumnya.
Kehidupan kembali berjalan. Saifur Rijal kuliah kedokteran, jalan hidup yang sejalan dengan perlombaan yang ia pernah menangkan. Dua lainnya bertemu di Unair. Nurrohma berkuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Edwin di FISIP jurusan Ilmu Komunikasi. Mereka menertawai satu sama lain, karena ketidaksinkronan jurusan kuliah dengan lomba yang pernah mereka menangkan. Selang beberapa pekan, Edwin berpindah ke Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, jurusan Kepabeanan dan Cukai. Tahun berikutnya, Nurrohma berpindah jurusan ke Sastra Inggris. Kembali mereka tertawa.
Jalan hidup manusia, memang tak bisa diterka.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan memberi kritik, saran, usulan atau respon lain agar blog saya yang masih amatir ini bisa dikembangkan dan menjadi lebih bermanfaat lagi :)
Nuwus . . .