Puasa Jangan Malas-malasan
Assalamu'alaikum wr wb Pembaca sekalian.
Sebagaimana kita tahu, bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah, di mana setiap amal ibadah dibalas dengan ganjaran pahala yang berkali-kali lipat. Hal ini tidak kita dapatkan di bulan-bulan lainnya, sehingga tentu saja, orang-orang yang cerdas akan meningkatkan kualitas dan kuantitas amal ibadahnya selama bulan Ramadhan ini.
Hanya saja, tetap saja ada di mana-mana dan di setiap bulan Ramadhan tiba, oknum-oknum yang bermalas-malasan selama Ramadhan. Sahur sih, mereka juga tetap berpuasa, tapi antara sahur dan maghrib itu lebih banyak tidurnya. Alasannya, capek lah, haus lah, laper lah, macem-macem. Dan yang lumayan sering dijadikan alasan adalah ungkapan "tidurnya orang puasa itu berpahala". Benarkah?
Sejujurnya, hal itu tidak benar. Alias salah. Orang yang mendukung ungkapan itu mengatakan, kan daripada bangun tapi menggunjing, lebih baik tidur kan? Memang benar, tapi tetap saja tidur tadi bukanlah sebuah ibadah. Toh bukankah sebenarnya daripada menggunjing, lebih baik mengaji, ya kan? Apalagi sampai khatam, insya Allah berlipat-lipat deh pahalanya.
Apalagi, yang dijadikan dasar ungkapan tadi (kata pendukungnya) adalah hadits. Padahal bukan, sebenarnya hadits yang menyebutkan bahwa tidurnya orang berpuasa adalah ibadah itu, adalah hadits palsu. Dan para ulama sudah sepakat akan kepalsuannya (baca di sini). Jadi udah nggak ada lagi alasan bagi kita untuk malas-malasan di bulan puasa dengan berdalih bahwa "tidurnya orang puasa adalah ibadah". Oke?
Penulis merasa perlu menyampaikan ini karena seringkali hadits palsu ini beredar di masyarakat, dan itu berbahaya. Maka dari itu, bagi yang mengetahui ilmu ini wajib baginya untuk menyebarkannya.
Penulis merasa perlu menyampaikan ini karena seringkali hadits palsu ini beredar di masyarakat, dan itu berbahaya. Maka dari itu, bagi yang mengetahui ilmu ini wajib baginya untuk menyebarkannya.
Toh, secapek-capeknya kita, sehaus-hausnya kita, selapar-laparnya kita, puasa kita di Indonesia tuh cuma sekitar 13,5 jam saja. Bandingkan dengan berpuasa di negara-negara dengan angka garis lintang tinggi, seperti di Rusia. Mengingat puasa tahun ini bertepatan dengan musim panas di belahan bumi utara, maka siang harinya akan lebih panjang daripada malam harinya. Di beberapa tempat yang paling dekat dengan kutub utara, malah akan ada hari-hari di mana matahari tak pernah terbenam. Artinya, saudara-saudara kita di sana bakal berpuasa hingga 20 jam atau lebih, lama banget kan? Begitu juga dengan umat muslim yang berpuasa di Swedia, bahkan bisa sampai 21 atau bahkan 24 jam loh :o
Makanya, bersyukurlah kita tinggal di negara tropis yang panjangnya siang dan malam sepanjang tahun nggak terlalu berbeda secara signifikan, baik musim panas maupun musim hujan. Jadi, nggak ada lagi alasan untuk malas-malasan beribadah di bulan ini, ya kan? :D
iya, alhamdulillah di sini puasanya cuma kurang lebih 14 jaman... masih bisa tarwih pula dan tidur lebih banyak daripada mereka yang tinggal di rusia, jadi bingung kalau misalnya waktu puasa mereka sampai 24 jam, tarwih sm sahurnya gmn yak?
BalasHapusnah, mreka di sana juga bgg, mengingat patokan ibadah di Islam adalah berdasar siklus matahari. Ada ulama yg menganjurkan utk ikut waktu Mekkah, mengikuti waktu kota terdekat yang masih mengalami matahari terbenam, atau ahkan menunda puasa, nanti di musim gugur(matahari sudah bisa terbenam).wallahu'alam, sungguh ujian yg luar biasa,,hebat ya mereka, kondisi kayak gitu tetep berpuasa
BalasHapus