Sepenggal Cerita dari Skripsi: Ibarat Memasak
Setelah lama nggak posting tentang skripsi, kali ini penulis mau bahas lagi tentang skripsi. Anggaplah kawan-kawan sudah menemukan ikigai dan dosbing yang tepat. Selanjutnya apa? ya kita tinggal mengolah skripsi tersebut. Supaya mudah, penulis akan gunakan analogi kuliner. BIar pembaca pada laper juga, sore-sore gini. Yuk, mulai memasak
Kalau mau masak, apa aja sih yang perlu disiapkan? Resep pastinya ya. Dalam resep pasti menyebutkan alat-alat masaknya, lalu bahan-bahan yang akan dimasak dan metode memasaknya. Alat untuk memasak adalah kita beserta software dan hardware yang dibutuhkan untuk mengolah 'bahan' masakan kita, yaitu data yang akan dipakai dalam skripsi. Metodologi penelitian adalah cara memasaknya.
Kalau 'alat memasak'nya sih jelas ya. Sesuaikan perangkat lunak yang dibutuhkan dengan jenis penelitian kalian. Apakah kuantitatif, ataupun kualitatif. Penelitian kuantitatif ngga bisa diolah pakai software, NVIVO misalnya (untuk mengubah audio ke dalam teks). Sebaliknya, penelitian kualitatif mungkin ngga butuh Stata. Jangan sampai salah alat masak ya. Ibaratnya, masak mau menggoreng tapi pakai dandang, kan nggak pas. Atau merebus menanak nasi pakai wajan. Salah alat berabe nantinya.
Tahap selanjutnya, adalah bahan. Pastikan data yang akan diolah, bisa didapat. Jangan sampai mimpi kalian setinggi langit, tapi ternyata ada 'bahan baku' yang nggak bisa didapatkan. Misal mau bikin rawon tapi cuma dapat tahu, kan ngga asik. Sebisa mungkin, milikilah gambaran skripsi kalian sebelum semester skripsi dimulai. PDKT ke orang-orang kantor (dalam hal kalian mahasiswa tugas belajar, tanyakanlah ke kantor tentang hal apa yang ingin/perlu diriset, berikut ketersediaan datanya. Kalau mahasiswa umum, coba cari info lah tentang obyek yag akan kalian teliti). Kalau skripsi kalian membahas hal yang memang ingin diteliti oleh mereka/hal yang bermanfaat bagi mereka (orang kantor atau lingkungan tertentu), insyaAllah akan lebih mudah dapat datanya. Jangan sampai di tengah perjalanan membuat skripsi, kalian baru sadar bahwa ada data yang ngga bisa didapat. Itu, pusing. Sikap dosen terkait ini macam-macam. Kalau dosen pembimbingnya penulis dulu, tipikal yang fleksibel dan berprinsip "skripsi yang bagus adalah skripsi yang selesai". Sama aja dengan "masakan yang bagus adalah yang matang"; sebagus apapun resepnya, kalau ngga kelar dimasak ya percuma. Siapa yang mau makan bahan mentah coba? Maka ketika dalam perjalanan penelitian, penulis mengalami kebuntuan dan harus mengubah judul sesuai dengan data yang didapat, dosbing penulis santai-santai saja, malah mendukung.
Jadi ibaratnya gini, penulis mau masak Soto Betawi pakai daging sapi, awalnya. Di tengah jalan, eh ngga dapat santan. Oke, jadi soto Madura aja deh, daging sapi ngga pakai santan. Eh tapi daging sapi mahal, ngga mampu beli. Akhirnya beli ayam, jadi soto ayam. Tau-tau kunyitnya tinggal dikit, kuahnya jadi ngga kuning. Yaudah deh jadi soto ayam kuah bening. Emang ngga jadi seperti yang direncanakan, tapi masih soto lah ya paling ngga.
bukan masakan penulis ini. Dapet gambar dari sini |
Kira-kira begitulah perjalanan skripsi penulis. Sempat terjadi beberapa kali perubahan judul karena ada data yang gagal didapat, ada juga karena perubahan metode yang radikal dari kualitatif murni menjadi kualitatif campuran dengan sedikit bumbu kuantitatif. Intinya sih mirip memasak. Pastikan bahan-bahannya (data yang akan diolah) ada, lalu anda memakai alat yang tepat (perangkat lunak dan perangkat keras pendukung), dan perhatikan cara memasaknya (metode penelitian).
Demikian tips 'memasak' skripsi dari penulis. Semoga bermanfaat dan selamat memasak :D
terima kasih artikelnya, sangat membantu.
BalasHapussablon gelas plastik