Blogger on Board (2) : Myths vs Facts

Beberapa waktu lalu, adik-adik dari spesialisasi Kepabeanan dan Cukai, PKN STAN yang melakukan PKL di Kantor Pusat DJBC sempat berkunjung ke unit kerja penulis (Subdirektorat Patroli Laut). Ketika ngobrol-ngobrol tentang patroli laut, ternyata mereka semacam menerima informasi yang tidak berimbang, sehingga memberikan ketakutan tersendiri untuk bergabung dengan unit patroli laut.

Untuk itu, maka hari ini penulis akan bahas beberapa hal yang adik-adik takutkan, apakah benar demikian atau tidak. Oh ya, kasus ini untuk kapal berukuran 38m yang penulis saat ini naiki ya, kalau ukuran 60, 28, ada beda tentunya. Apalagi speedboat yang ukurannya sekitar 10m-an, tentu tak sama. Karena penulis baru pertama kali ikut patroli maka tentu pemahaman penulis amat terbatas, sebatas yang penulis alami ini. Apabila ada senior-senior yang berkecimpung di dunia patroli laut Bea Cukai ingin mengoreksi/menambahkan, tentu sangat penulis apresiasi. Jadi monggo diisi di kolom komentar nanti.

Check this out

#1 saat patroli, kita bakal makan mi instan dan makanan kaleng terus

Konon katanya, mi instan yang dimasak di atas kapal lebih enak daripada yang tidak dimasak lo

Well, bukannya suka ya makan mi instan? Tapi tenang, di kapal patroli kita ada tukang masak kok. Di kapal penulis malah ada 3. Masakannya juga seperti masakan normal pada umumnya, bukan makanan instan saja. Kapal bakal isi persediaan bahan makanan menyesuaikan durasi misi. Jadi jangan khawatir dengan kecukupan gizi. Kendalanya adalah ruang penyimpanan yang terbatas, jadi kurang leluasa untuk menyimpan variasi bahan
Nasi goreng, mi goreng, ikan asin, telur dadar. Rasa ngga kalah sama di hotel, cuma porsinya dibatasi ya. Makan siang rawon. Makan malam sayur asem. Variatif kok. Cuma penulis ngga gila food-tography aja jadi nggak semua difoto
So i could say that issue #1 is not true

#2 kalau di kapal patroli ngga bisa mandi

Di kapal ini ada tangki air berkapasitas 4.25 ton. Diisi penuh dong kalau kapal mau berangkat. Bisa sih buat mandi, cuma jangan boros ya, kalau melaut dihemat-hemat airnya. Jadi jangan mandi 2x sehari macam di rumah laah. 2-3 hari sekali cukup laah. 

Oh ya, di kapal ini (dan beberapa kapal lain) ada mesin untuk reverse osmosis sehingga bisa menambah stok air tawar dengan cara menyedot air laut dan menghilangkan garamnya. Sayangnya alat tersebut tidak selalu dalam kondisi prima. Jadi sebaiknya berhemat air sajalah.

Jangan kuatir juga dengan pakaian kotor, karena di kapal BC (setidaknya yang penulis tumpangi) ada mesin cuci tabung ganda (yang ada pengeringnya). Jadi bisa cuci baju, keringin, lalu jemur-jemur. Oh ya, jemurnya di dalam ruangan ya, kalau di luar nanti bakal mengurangi wibawa kapal patroli kita dong. Ruangannya di bawah anjungan, jadi meski bagian dalam ruangan nggak kena sinar matahari langsung, panasnya bodi kapal akan membuat cucian cepat kering. Kalau mau setrika pun bisa. Penulis sih cuci kering pakai sahaja. Hahahaha

So i could say that issue #2 is not entirely true

#3 di kapal tidurnya nggak nyaman

Kalau penulis sih sejujurnya bisa tidur di mana aja, lha wong sudah samapta. Cuma kan nggak semua orang bisa begitu ya.

Faktanya di kapal ini setiap kru (kali ini 23 orang) mendapat kasur di kamar (kecuali 1 juru masak yang memilih menempatkan kasur di lorong, biar lebih adem. Soalnya AC dipasang di lorong memang (di kapal ini ada AC lo gaes) jadi ybs emang pengen lebih ngadem.
Double bed cuy, bukan foldbed kayak jaman samapta kok. Abaikan seonggok kaki tak bertuan itu

Di speedboat yang penulis pernah naiki pun ada beberapa bed untuk tidur.

So i could say that issue #3 is not true

Update 31 Oktober (baru keinget):
#4 kalau patroli bisa berbulan-bulan di laut, susah ketemu keluarga

Ehm... Jadi gini. Pola patroli saat ini  (kalau tidak salah sejak 2019, mohon koreksi senior patroli laut yang kebetulan mampir baca) sudah mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi anggaran. Jadi pergerakan kapal disesuaikan dengan keberadaan target operasi. Kalau sedang tidak ada target yang jelas, kapal bakal sandar. Artinya diem aja di pelabuhan. Kru masih bisa turun dari kapal dan refreshing di kota tempat kapal sandar. Paling diiringi dengan melaut sejenak untuk pindah lokasi. Tapi nggak sampai berbulan-bulan di laut kok. Durasi penugasan (dalam Surat Perintah Berlayar) memang bisa sampai 30 hari, 45 hari atau lebih, jika diperpanjang. Rekan sekapal penulis, ada yang dalam sekali waktu mengalami 2 bulan penugasan secara kontinyu. Cuma ya itu tadi, tidak selalu di laut. Bosan dan jenuh itu pasti, tapi namanya sudah tugas, mau gimana lagi.
Papan ini jadi pelampiasan kebosanan kru
Kalau masalah jauh dari keluarga, sebenarnya relatif saja. Penempatan di mana pun kalau keluarga ngga diajak ya ada risiko itu, jadi bukan risiko eksklusif yang menjangkiti rekan-rekan yang bertugas di kapal patroli. Kalau misal penempatan di unit patroli laut, keluarga sudah diajak di kota penempatan, lalu dapat tugas patroli selama dua bulan, baru lah terasa tak beda dengan pegawai yang masih LDR dengan keluarganya. Tapi kan SPB pasti akan berakhir meski kadang diperpanjang, jadi tenang sajalah.

So i could say that issue #4 is partially true, but not entirely.

Banyak lagi sebenarnya desas-desus seputar kehidupan di kapal patroli yang tak sepenuhnya tepat. Bisa jadi ada benarnya, tak menutup kemungkinan juga salah. Karena keterbatasan pengalaman penulis, baru segini yang bisa diceritakan. Yang jelas, sebagaimana bertugas di tempat manapun, bertugas di kapal patroli pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Tinggal kita nikmati bersama apa enaknya dan perbaiki  kekurangannya sesuai peran kita, insyaAllah selalu senang di mana-mana.

Jadi adik-adikku dari PKN STAN, jangan takut berdinas di kapal patroli yaa

"Selamat datang di Pusat Komando dan Pengendalian Patroli Laut Bea dan Cukai". Semoga penempatan di sini yaa Adik-adik

Komentar