Antara impian, perjuangan dan kenyataan
Setiap orang pasti punya impian, akan menjadi seperti apa dirinya nanti. Bohong kalau seseorang berkata bahwa ia tak punya mimpi, karena paling tidak, dia pasti memiliki suatu keinginan untuk keadaannya di masa depan. Bahkan seorang yang keadaannya sudah begitu terpuruk dan tak tampak ada harapan lagi pun, pasti masih menginginkan hal yang lebih baik bagi dirinya.
Mimpi, terkadang memberikan kekuatan bagi manusia untuk menjangkau apa yang terlihat mustahil. Pada awal abad ke-19, belum ada teknologi yang mampu mewujudkan perjalanan di udara dengan menggunakan balon terbang. Belum ada teknologi yang memungkinkan manusia untuk mengetahui apa yang ada di balik permukaan bumi yang kita pijak. Belum ada teknologi yang memungkinkan manusia untuk terlepas dari atmosfer bumi dan mendarat di bulan. Belum ada teknologi yang bisa membawa manusia ke kedalaman laut. Namun sudah ada seseorang yang memimpikan itu semua.
Siapakah dia? Jules Verne. Soerang penulis dari Perancis yang terkenal sebagai 'bapak dari aliran fiksi-ilmiah'. Pernah nonton film 'Journey to The Center of The Earth' atau 'Around The World in 80 Days' ? Benar, dua film tersebut terinspirasi dari novel Jules Verne.
Saya nggak berminat membahas tentang Jules Verne lebih jauh lagi karena blog ini bukan sekedar blog yang meng-copy-paste suatu tulisan di internet (ups, maaf kalau ada yang tersinggung). Saya hanya membicarakan mimpi.
Saya rasa mimpi adalah salah satu motivasi internal dalam diri seseorang (lihat postingan mengenai motivasi), yang mendorong seseorang untuk terus maju meraihnya meski apapun yang terjadi. Meski memang tak selamanya mudah tuk meraih mimpi, dan tak selamanya mimpi tersebut bisa diraih. Selalu ada halangan, selalu ada rintangan, bahkan kadang, segala hambatan dan rintangan seolah menutupi jalan menuju impian tersebut.
Ups, apa saya bilang 'meski apapun yang terjadi'? Maaf, maksud saya, sebagian orang akan seperti itu. Meski apapun yang terjadi, akan terus merangsek maju mendekati impiannya.
Orang-orang yang seperti ini seolah berkata pada segala yang merintanginya :
"Jika aku tak bisa berlari, aku akan berjalan.
Jika berat bagiku tuk berjalan, aku akan merangkak.
Jika tak sanggup ku merangkak, aku akan berguling, aku akan merayap, aku akan melata, apapun agar aku terus maju dan maju semakin dekat ke mimpi-mimpiku."
Sayangnya, selalu ada pengecualian untuk segala hal, tak terkecuali mengenai sikap orang terhadap mimpi-mimpinya.
Sebagian memang terus berjuang mendekati mimpinya, bahkan meskipun segala peluang meraihnya terlihat tertutup dan tak akan ada jalan lain kecuali menanti keajaiban Allah, mereka akan terus bermimpi dan terus melaju mendekati mimpinya.
Sebagian lainnya, berhenti bermimpi dan berhenti mengejar mimpi mereka ketika tak tampak ada harapan lagi. Saya rasa inilah orang-orang yang tidak percaya (atau kurang percaya) dengan yang namanya keajaiban. bahwa apapun bisa terjadi kalau Allah menghendaki. ingatkah Anda dengan kalimat "Kun fayakun" ?
"Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: 'Jadilah!' maka terjadilah ia." (QS Yaasiin ayat 82)
(sebenarnya masih banyak lagi ayat yang mengandung kalimat tersebut, namun saya ambil contoh yang paling sering dibaca)
Sialnya, sebagian lagi, bukan hanya berhenti bermimpi dan berhenti meraihnya ketika tak tampak ada harapan. Bahkan nekat mengakhiri hidupnya lantaran mereka yakin bahwa mimpinya tak akan tercapai dan mereka tak ingin hidup lagi tanpa mimpinya tersebut. Naudzubillah...
Sekarang, tinggal kita pilih. Jadi seperti apakah kita nanti? Akankah kita terus bermimpi dan terus melaju meraihnya? Ataukah kita akan terpuruk begitu saja ketika mimpi tersebut nampak semakin menjauh?
*Mengutip kata-kata bung enigma mengenai konspirasi pendaratan di bulan : Bukan karena saya membela Amerika dan teknologinya, namun karena saya mempercayai kekuatan sebuah impian.
aku kasik jempol mas! hehe
BalasHapusrajin ngblog yaa